Minggu, 20 Maret 2011

DEMAM TIFOID




Oleh : Anisa Nur Jannah
 
guna melengkapi tugas Mata Kuliah Dasar Pemberantasan Penyakit


Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup. Namun air yang disediakan untuk keperluan sehari-hari, termasuk untuk keperluan MCK, juga dapat memberikan dampak yang merugikan bagi manusia beserta lingkungannya. Tentunya saja hal ini jika air yang diberikan tidak memenuhi syarat kualitas sanitasi dan higiene
yang dibutuhkan. Ketidakcukupan kualitas, Kuantitas, dan aksesibilitas, dapat membuka peluang munculnya penyakit bawaan air ini.
Pertama, dalam penyebaran penyakit menular, sumber-sumber air yang digunakan oleh pengungsi dapat menjadi penyebar mikroba patogen (true water borne diseases). Contoh penyakit yang ditimbulkan adalah diare, kolera, typus, dan parathypus.
Kedua, air dapat menjadi sarang insekta penyebar penyakit (water related vector bor-ne diseases). Contoh penyakit dari golongan ini adalah demam berdarah dan malaria.
Ketiga, air berperan sebagai sarang hospes sementara penyakit (water based borne diseases). Contoh dari golongan ini adalah dracontiasis dan schistomiasis ( keduanya penyakit yang disebabkan oleh cacing patogen).
Terakhir, akibat ketidakcukupan kuantitasnya, air dapat pula menyebabkan penyakit (water washed dise-ases).Contoh dari golongan ini adalah trachoma dan scabiesis penyakit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei.  


 
Definisi
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia, diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
            Menurut Ayu Bulan dan dr.Zulfito, deman tifoid/tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.

 Penyebab
 
Penyebab deman tifoid adalah bakteri Salmonella typhi.


Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.

Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).

Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun. Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid.
Etiologi
Bakteri-bakteri Salmonella (gram negatif bacillus dari
famili Enterobacteriaceae). Golongan primer adalah S. typhi, S. choleraesuis, S. enteritidis (>2000 serotipe). Secara praktis kita hanya perlu membedakan antara Salmonella typhoidal dan Salmonella non-typhoidal.
 
Typhii Salmonella adalah Gram negatif, memiliki flagela, tidak ada kapsul, tidak ada fakultatif anaerob pembentuk spora. Memiliki antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, antigen flagelar (H) yang terdiri dari protein dan antigen amplop (K) yang terdiri dari polisakarida. Salmonella typhi juga dapat memperoleh R-faktor plasmid terkait dengan resistensi terhadap beberapa antibiotik.   


Epidemiologi
  1. Salmonella non-tifoid
1. Hewan: Ayam, sapi, kerbau, binatang pemeliharaan (pets), binatang melata, melalui daging ayam/sapi, telor, susu. Sayursayur, obat-obat, alat-alat medis yang terkontaminasi air dari binatang.
2. Manusia: Feko-oral dan makanan/alat yang terkontaminasi.

  1. Salmonella tifoid
Hanya dari Manusiamelalui:
a. Jalur feko-oral
b. Jalur terkontaminasi dari manusia “aktif”
c. Pengidap / carrier kronis. (Baksil “tersembunyni” di empedu)

Beberapa hal yang mempengaruhi penyebaran demam tifoid di negara berkembang adalah kepadatan penduduk, sumber air minum, produksi pangan, strain resisten antibiotik, kesulitan menentukan identifikasi dan manajemen karir, keterlambatan membuat diagnosis patogenesis, virulensi yang pasti dan tidak belum sepenuhnya diketahui, dan tidak ada vaksin yang efektif yang aman dan murah.

Bakteri S. typhi dapat bertahan hidup dalam lingkungan kering dan beku, sensitif terhadap proses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 63º C. Organisme ini dapat bertahan beberapa minggu di es, debu, sampah kering, dan pakaian, mampu bertahan hidup pada sampah untuk satu minggu dan dapat berkembang biak dalam susu, daging atau produk tanpa mengubah warna atau bentuk.

Manusia adalah satu-satunya sumber transmisi gas melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan penderita tifoid kronis atau karir. Transmisi kuman, terutama dengan cara menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia. Transmisi kongenital terjadi dari seorang ibu yang mengalami bakteremia pada bayi dalam kandungan, atau terinfeksi saat lahir oleh seorang ibu yang karir tifoid dengan rute fekal oral.
 
Patogenesis
   
 
Jalur masuknya bakteri ke dalam tubuh
Infeksi diakuisisi oleh menelan makanan atau minuman tercemar dan juga dapat melalui kontak langsung dari jari yang terkontaminasi kotoran, air seni, sekresi pernafasan, atau dengan pasien yang terinfeksi nanah. Untuk dapat menimbulkan gejala klinis, dibutuhkan S. typhi dalam dosis 106-109. Pada tahap awal demam tifoid adalah gejala umum dari saluran pernapasan bagian atas. Ada kemungkinan bahwa beberapa kuman masuk ke dalam aliran darah melalui jaringan limfoid dalam tekak. Pada tahap awal pasien juga sering mengeluh sakit menelan. Lidah terdapat membran putih kotor tertutup dimana putih coklat yang merupakan hasil dari kematian sel epitel oleh bakteri S. typhi. Terdapat juga infeksi nasofaring melalui saluran tuba ke dalam telinga eustachi tengah dan ini bisa terjadi otitis media.
Di perut, organisme bertemu dengan pH asam dan rendah kuman hancur. Pengosongan lambung yang lambat merupakan pelindung fisiologis. Setelah melalui mikroorganisme penghalang asam lambung sampai ke usus kecil dan bertemu dengan dua mekanisme pertahanan tubuh, yaitu motilitas dan flora usus normal. Penurunan motilitas usus karena obat atau faktor anatomis meningkatkan derajat keparahan penyakit dan insiden komplikasi, serta memperpanjang keadaan karir konvalesens.

Inkubasi
 
Gastroenteritis: 6 – 72 jam
Demam Enterik (Tifoid): 3 – 60 hari (biasanya 7 – 14 h)
 
Gejala Demam Enterik atau Demam Tifoid
 
1. Masa Permulaan (~7 hari)
Febris makin naik
Lemah/ fatique (lebih berat dari penyakit febris lain)
Diare (enterocolitis) pd 10 – 20% (lebih pd anak)
Anoreksia
Bradikardi relatif (dibanding dgn takikardi febris tinggi)

2. Masa Inkubasi
Ruam “rose spot”
Pada 30% kulit “putih”. Biasanya terdapat lebih dari 5 bercak. Warna merah/orange. Makuko-papapular, diameter1 – 4 cm. Dan hilang setelah 5 hari.
 
3. Masa Penyakit: minggu ke2 mirip sindroma “influenza”
Febris makin tinggi (39° - 40°C) & lebih sinambungan
Bercucuran keringat / diaphoresis
Nyeri kepala frontal
Batuk kering
Anoreksia / mual
Perut kembung atau sakit (20 – 40%)
Lemah (mungkin juga dari paracetamol)
Konstipasi / sembelit (berhari-hari, pembesaran limpa Peyers, bukan karena “tidak makan”)
Hepatomegali (di RI lbh sering drpd hepato-splenomegali)

4. Masa Lanjuntan: minggu ke3
Makin buruk/toksik
Lemah serta myalgia
Febris tinggi & sinambungan
Abdomen makin kembung,
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
Miokarditis: takipnea, rales paru
• Makin Apati, Lethargi, Delirium, Psikosis, Somnolen, Semikoma & Konvulsi
   
Komplikasi Demam Enterik/Tifoid 
Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat:

1. Perforasi usus (setinggi 12%) atau Perdarahan Usus (4%):
Tiba-tiba kembung, perut sakit/nyeri, nadi lemah & cepat, pucat, kulit dingin lembab (tanda tekanan darah turun sampai syok). Lebih sering terjadi pada pasien malnutrisi
2. Diseminated Intravascular Coagulation (DIC)
sering terjadi pada pasien demam enterik, namun tidak bergejala. Dulu Heparin disarankan untuk mengatasi DIC.
3. Miokarditis toxik (1 – 5%): takikardi, nadi & suara jantung lemah, syok, kelainan pada EKG. Bisa fatal.
 
Diagnosa
 Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
  • Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
  • Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.
  • Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.
     
    Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).

    Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).
     

    Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid
     
    Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

    Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.


    Diet Penyakit Demam Tifoid
     
    Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
    • Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
    • Tidak mengandung banyak serat.
    • Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
    • Makanan lunak diberikan selama istirahat.
    Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.
     

    Pencegahan
    Pencegahan demam tifoid harus dimulai dari higiene perorangan dan lingkungan, misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air, tidak BAB dan BAK sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, menutup hidangan makanan sehingga terhindar dari lalat, mencuci lalapan atau buah-buahan segar secara bersih.

    Saat ini vaksinasi demam tifoid tersedia 2 pilihan, yaitu vaksin hidup yang dilemahkan (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi. Vaksinasi ini ditekankan pemberiannya bagi kita yang tinggal di daerah endemik ataupun bagi turis yang akan masuk ke daerah endemik.

    Vaksin-vaksin tifoid ini hanya memberikan perlindungan atas infeksi Salmonella typhi tidak pada bakteri lainnya. Namun, meskipun kita sudah diberi vaksin ini, tidak sepenuhnya terbentuk perlindungan terhadap penyakit demam tifoid. Kita masih tetap harus menghindari sumber infeksi, karenadaya lindung vaksin tifoid hanya sekitar 50% - 70%.


    Daftar Pustaka 
    Bulan Febry, Ayu dan Mahendra,Zulfito. 2010. Smart Parents Pandai Mengatur Menu & Tanggap Saat Anak Sakit. Jakarta Selatan: Gagasmedia
    Kenneth C. Hinton, MD, FAAP. Demam Tifoid dan lnfeksi Lain dari Bakteri Salmonella
    Suharjo, J.B, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisius

    Mahasiswi FKM Universitas Diponegoro

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar